Saturday, January 20, 2007

1 Muharram 1428 H

Satu Muharram, tahun baru Hijriyyah. Haruskah kita rayakan? Tidak berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi? Kalau begitu apa perbedaan kita dengan mereka? Apa perbedaan Islam dengan lainnya. Dengan dalih kita merayakannya tidak secara ma’shiyat, tapi dengan niat yang tulus dan diiringi rasa syukur, sebagai momentum perbaikin diri, lalu dihiasi dengan praktek ibadah, muhasabah? dzikir bersama?

Tentu saja semua itu tidak ada salahnya, tapi kalau sudah menyangkut ibadah! Apalagi jika dikaitkan dengan hari atau perayaan tertentu. Apa yang akan terjadi? Bukankah itu sesuatu yang diada-adakan? Sesuatu yang baru? Sesuatu yang tidak ada contohnya sama sekali? Mengapa rasa syukur hanya dan harus pada bulan itu saja? Mengapa perbaikan diri mesti terpaku pada satu hari saja?

Hijriyyah…! Muharram, bulan sebagai patokan tahun baru yang diambil dari perjalanan Hijrah Nabi menuju tanah harapan, menuju segala perbaikan. Perbaikan dan ketentraman dalam ibadah, perbaikan diri dan keluarga, perbaikan tatanan kehidupan social, perbaikan dari segala sesuatu yang buruk menjadi baik…!

Hijriyyah…! Perintah hijrah belumlah tertutup, belumlah tuntas dan berakhir ketika Nabi melakukan hijrah dari Makkah menuju Madinnah saja. Sampai hari ini, sampai detik ini perintah itu masih tetap berlaku dan mestilah kita turut.

Hijriyyah…! Sungguh luas maknanya. Tidak sebatas perayaan yang bersifat hura-hura. Tidak sebatas praktek ritual yang jelas tidak berdasar. Tidak sebatas momentum patokan perbaikan diri. Namun, disana terdapat nilai yang patut kita sadari.

Hijriyyah…! Sejauh mana kita telah berhijrah?
Sudahkah kita berhijrah dari perilaku kita yang buruk?
Sudahkah kita berhijrah dari shalat kita yang selalu malas?
Sudahkah kita berhijrah dari zakat, infaq, dan shadaqah kita yang kurang?
Sudahkah kita berhijrah dari sifat bakhil dan sukhun?
Sudahkah kita berhijrah dari sifat acuh menjadi peduli?
Sudahkah kita berhijrah dari kebodohan menjadi berilmu?
Sudahkah kita berhijrah?

0 comments: